Seperti telah kita dapatkan salah satu pengetahuan mengenai sertifikasi tenaga kesehatan dalam kuliah Diklat Jabfung Administrasi Kesehatan, yang disampaikan oleh Bapak Agus Sutarna, yaitu mengenai tenaga kesehatan yang menjadi ekspatriat di negara-negara Australia, Jepang, Hong Kong, dan Timur Tengah (Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab) sebagai perawat (registered nurse).
Jadi Indonesia bukan hanya menjadi negara sumber tenaga kasar, namun SDM terampilnya sudah banyak diminati di luar negeri. Salah satunya adalah perawat. Berita yang disampaikan di Koran Kompas hari ini (Jumat, 30 April 2010) di halaman 13 paling bawah dengan judul Pelayanan Kesehatan: Tenaga Medis Indonesia Diminati di Luar Negeri.
Jadi ingat kuliahnya Pak Agus Sutarna, yang juga mengajar di STIKES Binawan. Sistem registrasi dan akreditasi tenaga kesehatan yang belum maksimal menyebabkan tenaga perawat (Nurse) dari negara kita hanya dihargai atau dinilai sebagai care giver di negara lain, hanya karena tidak dapat menunjukkan secarik kertas sertifikasi. Status ini berdampak pada gaji mereka yang kalau tidak bisa menunjukkan bukti sertifikasi maka akan dipotong gajinya. Misalnya di Kuwait, kalau gaji nurse bersertifikasi mendapat 1.600 dinar, maka kalau tidak bersertifikasi maka hanya mendapat 1.000 dinar. Kalau di Australia gaji RN (registered Nurse) sebesar Aus $ 25/jam (sehari 8 jam kerja). Kalau gak bersertifikat maka ga bakal dibayar sekian.
Coba deh pemerintah kita tahu, berapa besar kenaikan pendapatan devisa negara dari sektor ini. SDM kita adalah terbesar keempat di dunia. Kalau semuanya bernilai dan berharga tentu menjadi asset yang amat berharga. Pemerintrah harus berbuat banyak untuk memperbaiki ini. Kami berharap dalam waktu dekat Indonesia menjadi negara mandiri bebas hutang dengan mengandalkan SDM-nya sebagai asset yang bernilai.
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar